Dari Canggihnya Teknologi, hingga Masalah Sosial, Semua Ada di Film Ini!

 


Ready Player One (2018) ialah satu film karya Steven Spielberg, diadaptasi dari novel terkenal tulisan Ernest Cline yang keluar tahun 2011. Film ini berlatar di tahun 2045 (waktu depan), dimana bercerita mengenai cerita Wade Watts (Tye Sheridan) yang tinggal di lingkungan kotor wilayah Colombus, Ohio. Dikisahkan di tahun 2045, berlangsung overpopulasi yang mengakibatkan beberapa orang miskin seperti Wade harus tinggal di pemukiman kotor yang terbagi dalam tumpukan trailer. Bumi dilukiskan telah porak poranda sebab musibah serta radiasi. Pada akhirnya beberapa manusia juga putuskan diam di dalam rumah serta habiskan saatnya lewat tehnologi dunia virtual reality, yaitu satu game namanya OASIS.

Keunikan Sisik Naga Pada Ayam

Spielberg mengadopsi novel karya Ernest Cline dengan benar-benar bagus lewat film Ready Player One. Memang, kemampuan Spielberg telah tak perlu ditanyakan lagi, beliau sukses menyediakan tehnologi Computer Graphic Images (CGI) yang hebat dalam film ini. Ditambah lagi, memang sebagian besar alur cerita di Ready Player One memakai CGI. Kecuali kehebatan tehnologi CGI, kita dapat juga lihat ada tehnologi virtual reality sebagai ulasan penting dalam film ini. Kita sudah mengetahui jika, zaman saat ini tehnologi virtual reality makin berubah, serta kemungkinan bisa pada tahun 2045, akan terbentuk virtual reality game seperti OASIS.


Wade Watts di dalam bermain di dunia virtual OASIS (Dokpri, hasil screenshot)


Perkembangan tehnologi virtual reality, situasi bumi yang makin hancur sebab musibah, overpopulasi, perkembangan iklim, serta radiasi mengakibatkan manusia yang hidup tahun 2045 coba ‘melarikan diri' dengan menyibukkan diri lewat virtual reality. Minimal, walaupun mereka tidak dapat nikmati indahnya bumi ini, mereka masih dapat hidup dengan kepalsuan di virtual reality.


Gambar pemukiman pada tahun 2045 dalam film Ready Player One (Dokpri, hasil screenshot)


Ready Player One jadi salah satunya film yang terserang efek dari perubahan tehnologi. Bukan hanya sebab tehnologi CGI, tetapi dorongan dari tehnologi virtual reality juga cukup berefek dalam film ini. Bahwasannya, sekarang beberapa orang makin terhipnotis oleh perkembangan virtual reality, serta lebih pilih bermain game daripada bergaul. Disamping itu, film ini mengusung permasalahan sosial, yaitu overpopulasi. Pesan yang dapat diambil dari film ini ialah, janganlah lupa untuk selalu bergaul serta tidak terus asyik sendiri dengan bermain game saja, dan sebaiknya kita jaga bumi ini secara baik, supaya penerus kita di waktu kedepan masih dapat nikmati dunia yang indah ini, tak perlu alami nasib tinggal di tumpukan trailer sama seperti yang dirasa Wade Watts.


Postingan populer dari blog ini

Pingualuit Crater was actually when the location for diamond-seeking prospectors

Griner's title on Friday

the US president and the North Korean leadership